Suspensi motor tunggal sebenarnya bukan hal baru. Suspensi ini sudah mulai diaplikasikan sejak akhir 1980an untuk mendapatkan peredaman yang lebih baik. Hal ini karena suspensi tunggal langsung terhubung dengan swingarm sehingga tenaga benturan dari aspal ke motor lebih sedikit.

Suspensi motor tunggal menjadi makin populer, ketika skutik memasuki pasar motor dan jalanan Indonesia. Beberapa skutik terutama generasi awal memakai 1 suspensi pada bagian samping kiri. Sementara banyak yang berpikir bahwa suspensi di tengah (monoshock) atau dua suspensi menyangga di kanan kiri itulah yang seimbang. Hal ini karena keseimbangan skutik tidak ditentukan oleh posisi suspensi saja, tapi juga oleh volume mesin. Skutik dirancang dengan keseimbangan yang ditentukan oleh dimensi dan beratnya skutik hingga diameter roda. 

Kesesuaian berbagai komponen ini yang menjadi patokan bagaimana membagi bobot antara sisi kiri dan kanan motor. Dengan ukuran roda yang sesuai dengan mesin, maka bobot mesin misal skutik Mio dengan posisi mesin di bagian bawah dan posisi penggerak roda atau blok CVT pada posisi kiri, disesuaikan titik keseimbangannya oleh satu suspensi pada bagian kiri.

Karena itulah, skutik tetap seimbang walaupun memakai satu suspensi, sudah begitu posisinya di samping. Jika suspensi dicopot atau dirubah jadi dua, keseluruhan desain akan berubah karena titik-titik keseimbangannya juga berubah. Dengan adanya suspensi dan tonjolan mesin, frame atau rangka motor pun dirancang asimetris untuk menyesuaikan pembagian bobot ini. Yang terpenting adalah titik beratnya, bukan posisinya, bahwa suspensi harus kanan dan kiri atau satu suspensi di tengah.