05-July-2018
Category : PengeremanPerjalanan seperti touring atau mudik, perlu motor dengan segala komponen yang prima. Salah satu yang terpenting, kampas rem. Pertimbangannya tak hanya brand, tapi juga kualitas dan material. Termasuk pilihan, kampas rem asbestos atau non asbestos.
Asbestos sebenarnya sudah tidak banyak digunakan sejak akhir tahun 1970’an karena dianggap kurang mumpuni untuk teknologi kendaraan yang makin canggih. Dari soal usia pemakaian, performa saat pengereman hingga alasan kesehatan. Sehingga pabrikan beralih ke teknologi yang lebih baru, rem non asbestos atau semi metalic.
Kampas rem ini cukup baik dalam menghandle kecepatan ketika temperatur tinggi karena pemakaian kendaraan berkecepatan tinggi. Tapi pada saat temperatur rendah, kampas rem low-metal ini bekerja kurang baik. Kendala lainnya adalah munculnya karat pada sistem pengereman yang menyebabkan rem berbunyi, dan banyaknya debu yang bisa menghambat proses pengereman.
Tapi karena pertimbangan harga yang lebih murah, sejumlah kampas rem masih memakai asbestos. “Rem non asbestos biasanya 50% lebih mahal dibanding rem asbestos,” kata Harry Suwondo,
Kampas rem asbestos murni dibuat dari asbestos yang direkatkan dengan resin. Sementara non asbestos berbahan steel fiber, selulosa, rock wool, grafit dan kevlar. Karena resin tersebut, begitu sering dipakai, resin jadi mengeras sementara tidak tahan panas. Akibatnya, performanya pendek, harus cepat ganti kampas rem karena tak lagi pakem.
Sementara rem non asbestos mengandung material pelepas panas. Sehingga untuk pengereman di kecepatan tinggi cenderung lebih stabil. Rem ini juga punya banyak pori, sehingga lebih pakem saat pengereman basah atau hujan. Berdasar uji porosity, rem non asbestos lebih padat dan lebih tidak menyerap air. Artinya, kemungkinan terjadi karat pada brake shoe yang terbuat dari besi juga lebih kecil.